Rabu, 08 April 2015

#FiksiBuatPacar




Untukmu yang kemarin Berulang Tahun
“Aku minta maaf!” seruku sambil tergugu. “Ini bohong, kan? Ini cuma kejutan ulang tahunku, kan?” cercaku.
“Tidak,” jawabmu datar.
Aku memandangnya tak percaya. Hampir empat tahun, tidak mungkin berakhir begini!
“Aku, kan, sudah minta maaf. Kemarin aku terbawa emosi,” kataku menjelaskan.
Dia diam tidak merespon. Siang ini rumah Rio sepi. Ada ibunya, tapi entah sedang dimana. Lalu aku mendekatinya, dan aku jatuh terduduk di samping kakinya. Ya, aku sedang memohon.
“Maaf,” kataku lagi, sambil terus menangis.
“Aku antar kamu pulang. Ayo.” lagi-lagi suara Rio datar.
Aku tahu, semua salahku. Harusnya aku bisa mengerti kesibukannya, bukan malah ngomel tanpa jeda lalu membuatnya semakin lelah. Sudahlah. Sepertinya memang sudah saatnya semua berakhir.
“Nggak usah. Aku bisa pulang sendiri!” jawabku ketus.
Aku keluar dari rumahnya. Bersumpah ini terakhir kali aku menginjakkan kaki di sini.
Bulan depan adalah ulang tahunku, sekaligus empat tahun usia hubunganku dengannya. Semua sia-sia. Bahkan, muka tebalku yang selama ini kupertahankan pun percuma.
“Kamu naik apa?” seru Rio dari kejauhan.
Aku diam saja. Tak sudi lagi aku menoleh. Cukup sudah aku memandang pintu masuk rumahnya yang menyebalkan itu. Mengingat pintu itu saja aku muak. Aku pernah diusir kakaknya. Aku pernah disindir halus untuk segera pulang oleh ibunya. Aku pernah menangis di depan pintu itu! Tapi aku bertahan, mencintainya.
Sudahlah! Berhenti menangis, gadis tolol!” kataku dalam hati.
Aku menghela nafas panjang, menghembuskannya kuat-kuat. Berharap kenangan empat tahun dengannya ikut terbuang. Aku akan merindukan mata teduhnya, hidung mancung, dan bibir tebal yang selalu tersenyum itu.
Harusnya aku bersyukur. Tuhan sayang aku. Buktinya, Dia tidak mengijinkanku berjodoh dengan lelaki yang memiliki ibu serta kakak angkuh.
***
“Mbak, Mas Rio itu orangnya gimana?” tanya Era, pacar baru Rio.
Era adalah juniorku di universitas. Dia tahu jika Rio adalah mantanku. Bukannya segan, Era malah mendekatiku, mengorek info tentang pacar barunya.
“Dia sabar, orangnya setia,” jawabku kalem. “Kok bisa kenal Rio?”
“Dia teman abangku.” jawab Era. “Tapi... aku takut dengan keluarganya,” keluhnya.
Aku tertawa dalam hati. Tebalkan mukamu kalau ingin terus bersama Rio, Ra. Semoga kamu lebih beruntung dariku.
                                                                   ###

#Curhat:
Nama aslinya bukan Rio. Dia sebenarnya baik. Banyak pelajaran kuambil dari hubungan yang gagal itu. Semua kejadian di cerita 333 kata ini memang betul kualami. Kalau mengingatnya kembali, aku jadi ingin tertawa.
Era bukan nama asli, tapi betul dia pacar Rio. Sekarang, aku bahkan berteman baik dengan Rio dan Era. Untuk Era, semangat, ya! Semoga Rio adalah jodohmu. :)
Oh, iya! Met ultah buat Rio, 7 April! :)


*Ditulis untuk memenuhi tantangan menulis #FiksiBuatPacar dari #KampusFiksi. Semoga layak baca.*

Senin, 30 Maret 2015

#KampusFiksi_12



Ada Hati yang Tertinggal

Pagi 27 Maret 2015, sekitar pukul tujuh aku sudah duduk cantik di Stasiun Gubeng Surabaya. Aku sedang menunggu Kereta Logawa yang mengantarku ke Jogja pukul sepuluh nanti. Ini kali kedua aku bepergian jauh seorang diri, demi sebuah acara keren bernama #KampusFiksi.
Aku terdaftar sebagai calon mahasiswi #KampusFiksi sejak setahun yang lalu. Syukurlah, akhirnya giliranku tiba di #KampusFiksi12 ini. Sebenarnya tiga bulan yang lalu aku pun sempat mengikuti acara yang sama, hanya saja saat itu Edisi Non Fiksi. Aku sudah nggak sabar mendapati semua panitia #KampusFiksi12 menyambutku dengan ramah di lantai dua asrama.
Kira-kira setengah empat sore aku tiba di Stasiun Lempuyangan. Nggak lama, panitia #KampusFiksi12 bagian penjemputan yang biasa kupanggil Mas Kiki itu dadah dadah riang dari kejauhan. Ah ya, ada seorang lagi yang ikut mendekat. Coba tebak siapa dia? Aha! Ternyata admin #KampusFiksi! Kami pun berjabat tangan. Sempat grogi juga waku bertemu dengan beliau ini. Beberapa kali mengikuti tantangan menulis dari #KampusFiksi, komentarnya tentang tulisanku sering sekali setajam sembilu. Tapi ternyata Si Mas Admin itu ramah, nggak jutek seperti dugaanku. Hehehe... #Piss
Boleh nggak, sih, nama admin kusebutkan? Kan masih banyak dari follower #KampusFiksi yang belum mengenal dan melihatnya. Hehehe... Aku bocorkan sedikit saja, ya, tentang si admin heboh ini. Karena aku memanggilnya ‘mas’, maka bisa dipastikan dia ini cowok. Usianya... nggak jadi deh! Takut salah hitung. Hihihi... Mas Admin ini baik dan murah senyum. Tapi kadang bicaranya bisa nyelekit. Yang terakhir itu pengakuannya sendiri, lho. Dan yang pasti, ganteng! Entah kenapa, jadi inget Lupus. Eh, salah ya? Bener, ih! Tinggi, kurus, rambutnya berkibar riang tiap kali tubuhnya bergerak. Minus permen karet aja, sih. Satu lagi, beliau ini doyan sama yang cantik-cantik! #eh
Udah, ya, ngomongin admin ganteng ini. Pokoknya dijamin ganteng, deh!
Lalu Mas Kiki mengajakku keliling Jogja untuk menjemput peserta yang lain. Senangnyaaa! Kita bertiga ke UGM untuk menjemput Indiana yang asli Jember tapi kuliah di Jogja. Berempat kita balik lagi ke Lempuyangan, kali ini peserta yang datang adalah Mega, Serli, dan Ayu. Ada yang unik dari peserta bernama Mega, tapi ceritanya nanti, ya.
Setelah total manusia di dalam mobil menjadi tujuh, Mas Kiki mengantar kami semua ke asrama #KampusFiksi. Horeee! Di asrama sudah ada beberapa peserta yang datang. Ada Tyas dan Ismi dari Bandung, Dhinar dari Kartosuro, Tika dari Ngawi yang bekerja di Jogja, Putri dari Kudus, Chris dari Surabaya, dan banyak lagi. Atmosfer keramahan langsung terasa. Mbak Tiwi yang super manis itu berdiri menyambutku dan semua yang baru datang. Ada Mas Wahyu, Mbak Ita, dan panitia lainnya. Rame! Belum juga sempat selonjoran, kita semua sudah digiring untuk makan malam. Diet pun terabaikan. #halah
Pagi datang, semua sudah siap menerima materi di hari pertama. Pukul delapan tepat, Mas Wahyu yang suka senyum-senyum, membuka acara. Sebelum materi, Mbak Nisrina menyampaikan sambutan dan dilanjutkan dengan penyerahan Kartu Anggota secara simbolik kepada Rahmat dan Fajrin.
Masih bersama Mbak Nisrina, perkenalan dan presentasi ide cerita menjadi pemanasan bagi para peserta. Dilanjutkan dengan membuat sebuah outline cerpen dengan tema ‘Karma’. Duh... kepalaku mulai gatal. *garuk-garuk*
Materi selanjutnya adalah tentang teknik kepenulisan yang disampaikan oleh Pak Edi. Ada banyak hal yang disampaikan oleh beliau. Yang tercatat olehku:
§  Tips dan Trik Menulis Fiksi (Cerpen/Novel)
§  Ide (gagasan) = imajinasi = State of mind
§  Penyajian (teknik)
§  Outline
§  Pentingnya judul, kalimat/paragraf pembuka (opening), dan ending.
§  Cara membuat kalimat lincah: Jungkir balikkaan kaidah SPOK, jangan terjebak pakem.
§  Shapshot dan frase.
Acara selanjutnya adalah istirahat, shalat dan makan! Duh... makan lagi. Diet apa kabar? #abaikan
Setelah istirahat, pukul satu semua peserta #KampusFiksi12 ditantang untuk membuat sebuah cerpen dengan tema ‘Karma’. Panjang cerpen yang harus dibuat 4-7 halaman, spasi 2, A4, margin 44 33, TNR. Ada mentornya juga. Seru! Nah, ini yang aku tunggu-tunggu. Aku senang bisa mendiskusikan ide cerita kepada orang lain, apalagi yang memang ahlinya. Aku masih pemula, butuh banyak bimbingan. Kita semua diberi waktu tiga jam untuk duduk manis menyelesaikan sebuah cerpen. Sambil ngemil juga boleh. #ehem
Tiga jam berlalu. Waktu habis. File cerpen harus diserahkan kepada mentor masing-masing. Keren! Semua peserta menyelesaikan cerpennya dengan baik. Buatku, ini pertama kalinya bisa membuat sebuah cerpen dalam sekali duduk. Tiga jam sepertinya lama, tapi ketika aku berusaha serius menulis, waktu cepat sekali berlalu. Tahu-tahu sudah pukul empat sore.
Setelah praktek menulis cerpen, para peserta dipersilakan istirahat sampai dengan pukul tujuh malam. Peserta semua bisa tidur, mandi, shalat, foto-foto heboh, atau... mau ngemil lagi? Boleh. Asal jangan mengeluh kalau timbangan naik, ya!
Lanjut! Pukul tujuh malam semua siap di meja masing-masing. Kali ini ada Mbak Mini GK yang akan berbagi pengalaman dan pengetahuannya tentang menulis novel. Mbak Mini GK sudah menerbitkan banyak novel, diantaranya ‘Abnormal, ‘Stand Bye Me’, ‘Le mannequin’, dan yang terbaru adalah ‘Pameran Patah Hati’.
Mbak Mini GK ini orangnya seru. Selama satu jam menjadi pembicara di muka, kalimat-kalimatnya selalu mengundang tawa. Siapa sangka, cewek periang ini bisa menulis sebuah novel tentang patah hati. Duh... dari judulnya saja sudah #MakJlebb banget! Dan, Mbak Mini GK merupakan alumni #KampusFiksi juga, lho! Semoga aku dan semua teman-teman di #KampusFiksi12 bisa mengikuti jejakmu, Mbak.
Banyak hal yang Mbak Mini GK sampaikan. Salah satunya tentang bagaimana menciptakan sebuah karakter yang unik. Metode yang dipraktekkan menurutku sangat ampuh.
Jika teman-teman ingin menciptakan sebuah karakter tokoh yang baru, tulis sepuluh nama orang terdekatmu. Orang-orang ini harus benar-benar kamu kenal baik, ya. Mulai dari ciri fisik, sifat, dan sikapnya. Jangan lupa diberi nomor juga. Lalu pilih sebuah nama tokoh yang ingin kalian buat. Pilih ciri-ciri si tokoh buatan dengan menggabungkan ciri-ciri dari daftar sepuluh orang yang sudah dibuat. Misalkan rambutnya ikal seperti nomor satu, cara jalannya seperti nomor dua, sifatnya seperti nomor tujuh, dan seterusnya. Jangan mengulang pilihan nomor, ya.
(Seingatku Mbak Mini GK mengajarkan seperti ini. Kalau ada yang kurang, maaf ya. Ini yang bisa kupahami dari penjelasannya)
Satu jam berlalu cepat. Perbincangan bersama Mbak Mini GK pun ditutup. Malam belum berakhir, masih ada satu acara lagi untuk malam pertama ini. Evaluasi cerpen! Oh, ya, aku dimentori oleh Mbak Ita. Judul cerpenku ‘Sebuah Peran’.
Ceritanya tentang pengorbanan, kesabaran, dan keikhlasan seorang kakak. Kapan-kapan ceritanya aku tempel di blog. Masih banyak revisinya soalnya. Hehehe...
Koreksi dari Mbak Ita cukup banyak. Sedih deh, tapi  syukurlah ada yang bersedia membaca dan menyampaikan kritik serta sarannya. Banyak tanda baca yang salah, diksi yang terlalu biasa, konflik kurang klimaks, alur cerita yang semakin lama semakin datar. Duh... banyaknya. Tapi terimakasih untuk bimbingannya, Mbak. Aku jadi semakin tahu tentang tanda baca. Dan untuk diksi, hmmm... aku butuh membaca lebih banyak.
Acara hari pertama selesai. Kami semua tidur dengan lelapnya. Suasana malam yang dingin karena turun hujan, ditambah dengan lampu kamar yang dimatikan, membuat kami semua sukses mengabaikan adzan Subuh yang berkumandang. Kasur MU itu menawan kesadaran kami semua.
Hari kedua! Wiiih... ada yang ditunggu-tunggu di hari ini. Tapi, tahan! Sebelum puncak penantian datang, mari kita kembali ke materi.
Pukul delapan, Mbak Munnal menyampaikan materi mengenai Keredaksian sampai ‘Tata Cara Mengirimkan Naskah kepada Penerbit Diva Press’. Selesai itu, Mbak Munnal digantikan dengan Mas Aconk yang menyampaikan materi tentang marketing. Ternyata, menjadi penulis itu tidak semudah yang dibayangkan. Tidak bisa hanya dengan pandai merangkai kata dan mencipta konflik rumit lalu tulisan bisa laris manis. Ada pasar buku di luar sana. Penulis tidak bisa memaksa penerbit untuk menerbitkan bukunya. Ada kiat-kiatnya agar bisa menembus pasar buku. Fiuuuh! Terimakasih, Mas Aconk untuk ilmu yang luar biasa ini!
Self Edit adalah materi selanjutnya yang disampaikan oleh Mbak Ajjah. Aku sudah pernah menerima materi ini tiga kali: #KampusFiksi Edisi Nonfiksi, #KampusFiksi Roadshow Surabaya, dan #KampusFiksi12. Tetapi tetap saja, dalam prakteknya masih banyak kesalahan yang kubuat. Self Edit ini wajib dilakukan oleh semua penulis sebelum mengirimkan naskahnya, karena bisa mempengaruhi editor dalam meloloskan naskah kita di tahap awal.
Kalau kata Pak Edi, diamkan dulu naskah yang sudah jadi setidaknya 2-3 hari. Setelah itu baru bukalah file itu lagi untuk membaca ulang, pasti ada saja kesalahan yang kita temukan.
Acara dilanjutkan dengan evaluasi cerpen oleh Pak Edi. Kali ini cerpen terbaik diraih oleh Frida Kurniawati peserta dari Jogja. Judulnya kalau tidak salah ‘Kecoa Tak Berguna?’. Pak Edi sangat menyukai cerpen ini. Aku juga sempat membacanya dan langsung iri! Otakku belum bisa mengkhayal sekeren ini. Diksi oh diksi... cakep!
Yuk istirahat. Pukul satu nanti dijamin heboh!
Salah satu keistimewaan menjadi peserta #KampusFiksi12 adalah mendapat bintang tamu yang istimewa. Nah... bintang tamu ini sudah ditunggu-tunggu sejak kemarin. Beliau adalah Agus Noor! Iya, Agus Noor yang itu. Yang cerpenis itu. Yang keren itu pokoknya!
Banyak hal yang beliau ajarkan, yaitu mengenai ‘Sudut Pandang Cerita-Mencari Cerita yang Otentik’. Cerita yang otentik adalah bisa menghadirkan sesuatu yang baru dan cara penyajian yang baru. Caranya adalah berpikir yang orang lain tidak pikirkan.
Para peserta juga diajak untuk membuat sebuah narasi oleh beliau. Pokoknya seru dan rame. AC di asrama sampai tidak sanggup mendinginkan ruangan. Baik peserta, alumni, dan mentor berkumpul jadi satu untuk menyimak penjelasan Agus Noor. Kepala dan hati membara akibat sengatan semangat dari bintang tamu siang itu. Kipas-kipas kertas pun tak dapat dihindarkan.
Kata Agus Noor, jika kita ingin terus bertahan di dunia menulis maka harus tahu mengapa kita ingin menulis. Harus ada alasan yang membuat kita selalu ingat mengapa kita harus menulis. “Menulislah apa yang ingin kamu tulis!” kata beliau. Ah... dadaku bergetar mendengarnya. Kemudian beliau berpesan, “Sebuah cerita boleh tidak masuk akal tapi harus meyakinkan.” Banyak kisah tentang karya tulis jaman dulu yang beliau sampaikan. Mulai dari Ali Topan, Gita Cinta dari SMA, Lupus, dan banyak lagi.
Ada satu kalimat celetukkan dari Agus Noor yang terekam di otakku: ‘Sepeda Ontel tanda ketulusan’. Tiba-tiba jadi ngebayangin di depan rumah banyak muda-mudi pacaran pakai sepeda ontel. Syahdu banget! Mungkin jaman ayah dan ibuku juga begitu? Hehehe...
Sebelum pulang, Agus Noor menyempatkan diri untuk foto bersama semua peserta. Senangnyaaa...! Puasnyaaa...! Hayooo... iri, yaaa? Hehehe...
Materi terakhir adalah Bimbingan Online oleh Mbak Nisrina. Yang ini khusus untuk alumni #KampusFiksi saja yaaa... Berharap sekali bisa segera bimbingan! Udah kangen masa-masa revisi skripsi jaman dulu. #SayaAngkatanTua
Oke, penutupan! Tapi post test dulu ya...
Ada sambutan dari Pak Edi setelah post test. Ini yang saya tunggu-tunggu, karena pasti menginspirasi. Pengalaman beliau yang luar biasa selalu membuat saya merinding dan mbrebes mili. Banyak kalimat diucapkan Pak Edi bisa menjadi quote yang membangun, salah satu yang sempat saya tulis adalah: ‘Setiap orang yang hadir dalam hidup saya, baik memberikan keuntungan finansial, sosial, maupun tidak, adalah orang-orang yang dipilih Allah untuk masuk di kehidupan saya.’
(Maaf kalau kalimatnya nggak sama persis, Pak Edi. Saya nulisnya cepet-cepetan. Hehehe...)
Pak Edi juga menegaskan, kurang lebih yang kupahami seperti ini: ‘Sekeren apapun acara pelatihan yang kalian ikuti, kita tidak bisa pulang dan langsung menjadi penulis. Harus ada kerja keras dan kedisiplinan dari diri sendiri. Dari 100% keberhasilan yang kita capai, 90% adalah kerja keras, 5% adalah kerja keras, dan 5% terakhir adalah kerja keras. Jadi 100% kerja keraslah yang bisa membuat kita berhasil!’
Lanjut kesan dan pesan dari peserta. Pertama ada Christopher Salim, brondong dari Surabaya  ini berhasil memukau peserta dan mentor. Banyak yang berebut minta foto dengannya. Kedua ada Frida, cerpennya terpilih jadi yang terbaik! Frida bilang, #KampusFiksi berhasil memaksanya menyelesaikan sebuah cerpen dalam sekali duduk selama tiga jam. Sama! Me too! #KampusFiksi keren pokoke!!! Ketiga dan keempat ada Wawan dan Ummu Rahayu yang menyampaikan kesan dan pesan.
Di tengah-tengah sesi penyampaian kesan dan pesan oleh peserta, seseorang sedang menangis sambil memeluk temannya. Namanya Alfy, peserta dari Tasikmalaya. Dia harus pulang pukul sepuluh malam itu, karena keretanya akan berangkat sekitar pukul sebelas (begitu seingatku). Hati-hati, ya, Alfy. Sampai ketemu lagi. :’)
Setelah kesan dan pesan, dilanjutkan penyerahan sertifikat secara simbolik oleh Pak Edi kepada Tika dan Rahmat Fadhilah. Nah... Rahmat ini brondong juga. Lucu banget! Dia itu pemalu abis pokoknya. Diajakin Pak Edi foto langsung grogi. Seluruh ruangan langsung riuh melihatnya. Tapi diam-diam, waktu foto rame-rame, dia malah bergaya imut di barisan belakang. Ini anak malu kalau diperhatikan saja rupanya, kalau tidak ada yang memperhatikan langsung terungkap aslinya. ^_^
Baiklah, mari kita berlanjut ke pemutaran video kenangan #KampusFiksi12. Video berdurasi sekitar tiga belas menit ini sanggup membuat malam yang syahdu mendadak pecah!
Acara terakhir: foto-foto! Semua peserta mendapat kesempatan untuk foto dengan Pak Edi satu persatu. Sempurna sekali acara ini!!! Selama di asrama, aku memang kurang bergaul dengan semua peserta. Aku belum bisa menghafal nama-nama mereka. Jika berpapasan, aku hanya tersenyum menyapanya. Hai Alfy, Atika, Ayu, Chris, Dhinar, Eka, Fajrin, Frida, Tyas, Indi, In, Ismi, Mega, Putri, Rahmat, Risa, Rizki, Serli, Tika, Fakhri, Ummu, dan Wawan. Senang jumpa kalian semua. #KampusFiksi: Pasti Bisa!!!
Acara selesai. Semua peserta bebas bisa melakukan apa saja di asrama. Aku diam-diam memandangi satu persatu wajah tiap orang di sana. Kapan aku bisa bertemu mereka lagi? Pengen nangis. Tapi telat banget kalau baru mau nangis. Semua sudah sibuk meng-copy foto dokumentasi dari Mas Reza.
Banyak cerita di asrama, salah satunya Mega. Dia mahasiswi jurusan kedokteran, asalnya dari Surabaya. Yang unik darinya adalah, dia nggak makan nasi. Untuk menjaga berat badan, katanya. Wah... kok bisa, sih? Nasi itu, makanan ternikmat. Sulit untuk mengabaikannya. Ah... pokoknya semua makanan itu enak, kecuali bayam dan buncis!!! Ieuuhhh...
Langit Jogja semakin pekat, tapi keriuhan di asrama belum ada tanda-tanda segera berakhir. Aku sebenarnya ingin masuk kamar lalu membereskan pakaian untuk persiapan pulang esok pagi, tapi nanti sajalah. Ini detik-detik mendekati akhir, nggak tahu kapan lagi bisa merasakan suasana seperti ini. Mas dan mbak mentor, kalian sehat-sehat terus ya. Teman-teman semua, semangat nulis ya. #KampusFiksi dan #DivaPress, maju terus! Pak Edi dan seluruh keluarga, sehat+sukses+bahagia selalu!!!
Ada lagi yang mengganjal di hatiku. Dua sosok yang baik luar biasa, ramah dan menyenangkan. Aku nggak akan sebut nama, tapi sejak malam itu, setiap doa yang kupanjatkan akan ada nama mereka berdua. Sehat-sehat ya. Pesanku buat kalian berdua, jangan tertawa di depanku. Karena tawa kalian selalu memancingku untuk tersenyum. Tawa kalian bikin nagih. >_<
Andai saja seorang dari kalian bisa menjadi... kakakku. Aku selalu bermimpi punya kakak. Resiko jadi anak pertama, harus jagain adik-adiknya. Pengen juga sekali-kali dijagain. #ABAIKAN #ABAIKAN #ABAIKAN
Terakhir. Sekali lagi terimakasih Pak Edi serta keluarga, Diva Press, dan Kampus Fiksi. Walau sulit untuk kembali bertemu, ada hati yang sengaja kutinggal di asrama untuk terus menyayangi kalian semua. Kalian LUAR BIASA!!!


.::. Hidup ini pendek, gagasan Andalah yang abadi.::.
~Agus Noor~




NB: Sori nggak ada fotonya, sinyal entah pergi kemana...

Sabtu, 13 Desember 2014

#BunyiPuisi



Mata Bicara


Aku menyukaimu tepat saat aku patah hati.
Kau menghiburku.
Terimakasih, tapi tolong berhentilah.
Karena perhatianmu padamkan sakitku, kobarkan cintaku.

Aku mencintaimu.
Kau mencintaiku.
Aku tahu itu,
Dari matamu yang menatapku selalu.

Laki-laki lain mendekat.
Memberiku banyak kasih dan sayang.
Mengapa kau diam?
Padahal aku menunggu heroikmu datang.

Laki-laki lain itu terus menawarkan bahagia untukku.
Aku hanya diam.
Kusangka kau akan segera menjemputku.
Tapi sangkaku tinggal harapan.

Mata ini menatap matamu tajam.
Kita saling bicara dalam tatap diam.
Aku mengerti sekarang.
Kau akan selalu di tempatmu sekarang, hanya mencintaiku dalam senyuman.

Bertahun-tahun berlalu sudah.
Lalu kita dipertemukan di suatu waktu.
Tatapanmu masih sama,
walau di sampingmu berdiri cinta yang berbeda.

Mata kita masih saling menatap.
Menceritakan cinta yang sama.
Lalu diam-diam bibir kita saling tersenyum.
Menandakan ikhlas hati melepas yang lain, menyimpan cinta dalam diam tetap di hati.



Lamongan, 13 Desember 2014


Ditulis untuk memenuhi tantangan #BunyiPuisi dari #KampusFiksi.

Untuk sahabat kekasihku.
Aku tahu, kau juga menyukaiku. Terimakasih untuk cerita indah di kampus dulu. Berbahagialah dengan pendampingmu. Doakan aku juga selalu bahagia dengan sahabatmu.